Thursday, October 13, 2011

Laki-laki dan Memasak [Part I]

Ada satu fenomena dimana pekerjaan memasak di identikan dengan pekerjaan kewanitaan atau kaum ibu rumah tangga, sepertinya anggapan ini lambat laun kini mulai terjawab. Kita tahu memasak adalah proses merubah makanan yang belum layak dikonsumsi menjadi layak untuk dikonsumsi. Pekerjaan memasak tak hanya semata untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi kita, memasak adalah seni dan seni merupakan daya aktualisasi imaginasi manusia saat menciptakan suatu karya.

Perkembangan dunia tata boga (kuliner) di dunia semakin marak, kini pekerjaan memasak telah menjadi bagian dari industri yang memiliki segmen dan pasar yang menjanjikan. ada dua batasan tentang pekerjaan memasak : yang pertama memasak sebagai bagian dari kebutuhan dan yang kedua memasak sebagai bagian dari seni. keduanya dapat berdiri sendiri dan saling terpadu.


Sebagian besar pekerjaan memasak di industri makanan seperti hotel dan restoran dikerjakan oleh kaum laki-laki dan sisanya perempuan. berdasarkan pandangan saya, dominan kaum laki-laki mengerjakan pekerjaan ini untuk orang lain sedangkan kaum wanita mengerjakannya untuk diri sendiri dan keluarganya. dari kecenderungan itu, jelas dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerjaan memasak dihadapkan pada skala jumlah dan frekuensi produksinya itu sendiri.


Pandangan genderisasi pekerjaan itu sempat menyudutkan daya nalar saya untuk melakukan kegiatan ini. Bila kembali ke waktu lampau, pada saat masa kecil saya lebih senang menemani ibu memasak. hingga ankirnya saya mencoba untuk mengerjakan aktivitas ini. seiring dengan waktu saya menyadari tentang arti sebuah hasrat. melalui tulisan ini saya ingin mengajak semua orang untuk tidak mempermasalahkan genderisasi pekerjaan. karena memasak adalah perpaduan antara kebutuhan dan keindahan.

To be continue:
Cerita berlanjut pada perjalanan saya saat menaklukan memasak di bawah tekanan pada sebuah restoran terkenal di Bandung.

0 comments:

Post a Comment

Bagaimana komentar Anda..!